Tonie Hida. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blog Archive

Cari Blog Ini

Pages

Pengikut

About

Cerita Lucu : Surat Kaleng Teruntuk Winda

Oleh : Tonie Hida.

Rasa itu masih menetap di kalbu, meski musim rambutan telah berganti menjadi musim durian, dan musim kering telah berganti menjadi musim kering sekali. Roda kehidupan terus berputar, namun hati Winda tidak berputar sama sekali, ia tetap setia pada satu jiwa, satu jiwa yang mengenalkannya tentang arti .... yang sebenarnya.

8 tahun lalu......

Kala itu Winda baru menjejakan kaki di sekolah menengah pertama atau yang umum kita sebut dengan esempeh.

"Win, nih ada surat kaleng buatmu!" Kata Nofi sembari menyodorkan sebuah kaleng bertuliskan aku dan kau, suka Dancow.

"Jangan... jangan..... " Winda menduga-duga isi surat di dalamnya, ia sangat yakin bahwa surat itu adalah surat dari penggemarnya. Jaman dahulu orang minta berkenalan lewat surat adalah hal yang lumrah, belum secanggih sekarang.

"Coba buka, aku pinisirin sama isinya, " timpal Lilis seraya ia majukan kepalanya agar bisa melihat lebih dekat isi surat tersebut. Perlahan namun pasti, Windapun membuka isi surat tersebut dengan hati berdebar, maklum ini adalah pengalaman pertama dalam hidupnya, pengalaman yang akan menjadi sejarah perjalanan cinta Si Winda.

"Aduh, Lis aku dag dig deer banget nih, agak gimana gitu, ini kan surat cinta pertamaku," Winda menjadi gusar, pikirannya menjadi tak menentu, logikanya mulai lumpuh.

"Buka aja kali, Win! Kalo kamu nggak tega, sini biar aku aja yang buka," Nofi menawarkan, namun Winda masih tetap kekeuh menolak. "Pelit!" Gerutu Nofi.

"Biarin week!" cletuk Winda renyah. "Pergi ah, disini banyak orang kepo! fuuh!" Winda mendorong kursi duduknya ke belakang, seraya mencoba untuk berdiri, ia bermaksud pergi meninggalkan kelas, agar ia dan suratnya senantiasa aman. Namun, hal tak terduga terjadi, belum sampai enam langkah ia meninggalkan bangkunya 'Bruaaaakkk!' Tubuhnya berbenturan dengan seorang gadis molek bernama Eka, Eka adalah rival terberat Winda, Eka cantik, pintar dan populer, tidak seperti dirinya yang memang kebalikan dari kesempurnaan Eka.

"Eh, apaan nih!" Eka memunggut selembar kertas yang menyembul dari balik amplop, setelah sebelumnya ia terjatuh bersamaan dengan rivalnya Winda.

"Jaaaanggaaaan!" Winda mencoba berdiri untuk merebut kembali, surat berharga tersebut, tapi aaaacch surat itu kini malah berpindah tangan ke pak guru yang kebetulan masuk untuk mengajar mata pelajaran matematika.

"Pak, itu..... suu... suuu raaat... ku!" Winda memelas kepada pak guru, berharap surat tersebut dapat dikembalikan, namun nyatanya.

"Oh, jadi ini punyamu toh! Mari ikut bapak ke ruang BP!" Pak Yuyun langsung meraih dan menggengam tangan Winda kuat-kuat, Ia bahkan tak peduli jika Winda telah meringgis kesakitan akibat genggaman yang terlalu kuat.


Di kantor BP ( Badan Pengawasan )

"Kamu ini ya, masih bau kencur sudah berani kurang ajar, maksud kamu apa dengan mengatai gurumu ini guoooblooog!" Pak Yuyun marah-marah, lagaknya seperti singa yang siap menerkam mangsa.

"Maksud bapak apa ya?" Winda masih belum ngeh dengan maksud ucapan gurunya tersebut, jadi apa sih yang salah.

"Nih, ini kamu baca ini... " Pak Yuyun menyodorkan sebuah kertas bertuliskan 'Pak Yuyun Guoobblok!'

"HAAAAAAAAAAH!" mulut Winda mengangga lebar, ia benar-benar tidak tahu menahu perihal isi surat tersebut. Dikira isinya surat cinta, nyatanya itu surat petaka alias SURAT BOOOM. Apesnya Winda mengakui kalau surat itu miliknya, padahal dia tidak tahu siapa yang berani iseng mengerjainya dengan melempar surat kaleng yang ditujukan kepadanya, namun isinya bukan kepadanya, melainkan kepada gurunya. Salah siapakah ini? Salahkah bunda yang mengandung karena bapak tidak pakai sarung? Mari kita sama-sama menanyakan pada rumput yang bergoyang.

Semenjak saat itu, Winda menjadi pribadi yang tertutup, ia tidak bisa makan kalau tidak ada lauk, ia tidak bisa tidur tanpa kasur, bahkan ia tidak bisa mandi kalau tidak ada sabun. Sungguh malang ya.

Hari ini...

Rasa itu masih menetap di kalbu, meski musim rambutan telah berganti menjadi musim durian, dan musim kering telah berganti menjadi musim kering sekali. Roda kehidupan terus berputar, namun hati Winda tidak berputar sama sekali, ia tetap setia pada satu jiwa, satu jiwa yang mengenalkannya tentang arti KEBENCIAN yang sebenarnya.

"SURAAAT KALENG SIAALAAAN!" Winda berteriak seperti orang kesetanan, "INGAT SUATU SAAT NANTI AKU PASTI AKAN MENEMUKAN SIAPA PELAKUNYA," Winda mengambil parang, clurit dan penanak nasi.

TAMAT

Tag : Cerita Bego, lucu
0 Komentar untuk "Cerita Lucu : Surat Kaleng Teruntuk Winda"

Back To Top