Tonie Hida. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blog Archive

Cari Blog Ini

Pages

Pengikut

About

Cerpen unik : Langitpun kan tahu! By Tonie Hida

  


Berjuanglah sampai kau tak mampu lagi untuk berdiri.

Jika kau bersungguh-sungguh dalam memperjuangkannya,

niscaya langitpun kan tahu!


- Tonie Hida -



Hujan gerimis petang itu tak menyurutkan langkah kaki Era untuk mendatangi rumah salah satu karyawatinya yang sedang dirundung masalah. Ibunya sakit selama berhari-hari hingga menyebabkan ia harus off dari rutinitas kerja. Era yang paham akan hal itu pun memaklumi sikap yang diambil karyawatinya.

"Bagaimana keadaan ibumu?" sapa wanita berdarah minang bernama lengkap Sastra dewita.

"Sudah agak membaik, setelah dibawa ke dokter Tonie, Bu Era!" terangnya gamblang.

"Maaf kalau boleh tahu ibu kamu sakit apa" tanya Era pelan. Ia benar-benar ingin tahu bagaimana kondisi Ibu Mj sepenuhnya.

" Hiks..hiks..hiks" Mj tiba-tiba menangis mendengar pertanyaan Bos-nya. Apa yang harus ia katakan? Ibunya sakit parah dan harus segera dirujuk ke dokter ahli diujung kota. Ia tidak punya uang sepeserpun, bahkan hanya untuk makan saja ia harus bela-belain utang sana sini. Dokter Tonie menyarankan agar tumor diotak ibunya harus segera dioperasi, kalau tidak. Nyawalah taruhannya. Mj adalah anak tunggal. Di tanah rantau mereka hidup sebatang kara. Ijazah SMP nya hanya mampu mencari kerja seadanya. Derita Mj agak sedikit berkurang karena Bos ditempat ia bekerja sangat baik. saking baiknya Ia sering mendapat bonus upah disetiap minggunya.


"Maaf" kata Era sembari memeluk Mj yang tengah terisak, memikirkan nasib ibunya.

" Ibuku mbak, ibuku" Mj masih belum berhenti menangis. Direlung hati terdalam Mj merasakan sakit yang amat dahsyat. Ia khawatir jika Ibunya dipanggil sang Khalik dalam waktu dekat. Ia benar-benar belum siap.

" Kamu yang sabar, besok mbak cari solusi agar ibumu bisa sehat seperti sedia kala" hibur Era untuk menenangkan karyawatinya yang sudah ia anggap seperti saudarinya sendiri.

"Terimakasih mbak" Mj melepaskan pelukannya dan kini ia tatap paras ayu sang pemilik salon tempat ia bekerja. Mj sangat bersyukur punya bos yang peduli akan nasib pekerjanya.


Sepulang dari rumah Mj. Era langsung tancap gas sedan hitamnya menuju kediaman dokter Tonie. Ia ingin menanyakan langsung perihal penyakit kronis yang diderita Ibu Mj. Kebetulan ia sangat akrab dengan sang dokter. Mereka dulunya adalah anggota aktif sanggar cerpenku dari tahun 2000 sampai tahun 2008. Ia sangat yakin sang dokter pasti mau membantu mencari solusi terbaik bagi kesembuhan Ibu Mj.


*****


Kediaman dokter Tonie.


Dokter Tonie menjelaskan penyakit yang diderita Ibu Mj dengan gamblang. Tanpa ada yang ia tutup-tutupi sedikitpun.

"Solusinya cuma satu Er, Ibu Mj harus segera dioperasi titik. Aku sudah tidak punya solusi selain itu. Penyakitnya sudah masuk stadium akhir" terang dokter Tonie dg nada tinggi. Ia nampak sedikit emosi ketika Era menyarankan agar Ibu Mj dibawa ke pengobatan alternatif, mengingat biaya operasi pengangkatan tumor amatlah mahal. Kartu jamkesmas yang dipunya Mj tidak berlaku di rumah sakit yang bertaraf internasional di penghujung kota.

" Kalau begitu, besok aku akan mencoba menggalang dana untuk dana operasi Ibu Mj" kata Era mengakhiri kalimatnya petang itu.

" Aku pasti bisa" kata Era setengah putus asa. Ia nampak berpikir keras atas masalah karyawatinya itu. Sempat terlintas di benaknya untuk menjual mobil sedan pemberian almarmumah kakeknya.

****


Keesokan harinya..

Era membuka rapat pagi dengan nada serius. Ia ingin menerapkan rasa gotong royong antar sesama karyawan.

" MJ adalah bagian dari kita, dan kita adalah satu keluarga. Apapun yang menimpa keluarga, kita harus bantu semaksimal mungkin" kata Era selaku pemimpin rapat. Karyawati yang berjumlah tujuh orang itu langsung menganggukan kepala sebagai tanda jadi atau setuju. Sementara Era sibuk memikirkan sesuatu yang bisa dijual.

" Bagaimana caraku agar bisa mendapatkan uang sebanyak itu, kata dokter Tonie paling tidak untuk sekali operasi bisamenelan biaya 60 juta, bahkan bisa lebih dari itu" gumam Era dalam hati

" Emm, bagaimana kalau kita jual rangkai bunga bikinan Mbak Era? Sekarang kan lagi musim kawinan. Pasti laku keras" seru Erma memecah kesunyian diruangan sempit berukuran empat kali enam meter. Ia berharap idenya akan diterima si Bos dan karyawati lainnya.

" Ide bagus tuh" timpal Echa rahayu. karyawan senior yang paling Era percaya.

" Aku setuju dengan ide Erma" Fairy darmawanti mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

" Jadi semua setuju sama idenya Erma" kata Era sembari tersenyum bahagia.


Keisengan merangkai bunga yang ia tekuni belakangan ini rupanya menjadi sorotan para pegawainya. Mereka menggangap hasil karya bunga sedang banyak dicari dan pastinya mendatangkan laba besar. Tanpa ragu-ragu Era menguras habis tabungannya di bank untuk memulai usaha karangan bunganya secara maksimal, meski tahap pengerjaanya masih rumahan. Tepatnya dirumah sang Bos.


Ketekunan, ketelitian, kualiatas, dan kepuasan pelanggan menjadi kunci sukses bisnis rangkai bunga milik Era. Orderan datang silih berganti hingga membuat sang Boss harus membatasi orderan di setiap harinya. Ia sangat menjaga kondisi tubuhnya agar tetap bisa maksimal dalam bekerja.


" Ayo semangat, semangat!" Era membawakan berbagai macam makanan lezat untuk menyemangati para karyawatinya.

" Asikk kue pelangi. Aku sudah lama banget pengin icip-icip kue ini xixixiii " Fairy langsung menyambar makanan yang Era hidangkan tanpa memperdulikan yang lainnya.


" Aku sangat lapar, jadi harus makan banyak agar bisa full kerja" sambungnya sembari mengunyah kasar kue idamannya tersebut.

" Lapar sih lapar, tapi bagianku jangan diembat juga dong" protes Erma kepada Fairy

"Hehehee..maaf, khilaf!" Peri memasang muka tak berdosa

"Sudah..sudah jangan ribut, masih banyak ini" Era mengambilkan tiga piring kue lagi dari dapurnya.

" Asiik xixixi " Peri menebar senyum sumringah tatkala melihat tumpukan kue di depan mata.

" Syukurlah kalau semua senang" Era kembali meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda. Di raihnya bunga warna-warni disamping kanannya. Ia mainkan jemari tangkasnya hingga terbentuklah rangakain bunga indah hasil olahan dingin sang maestro bunga.


*Tok-Took-Took* suara keras ketukan pintu membuat Era dan karyawatinya terhenyak. Era palingkan wajah cantiknya ke arah pintu sembari merapikan rambutnya yang agak semrawut.


" Iya, sebentar!" sahut Era pelan seraya berjalan menghampiri pintu yang letaknya tak jauh dari tempatnya duduk.

" Siapa yang bertamu malam-malam begini?" Fairy dan Echa saling berbisik lirih.



*Kreett* Saat pintu dibuka Era kembali di kejutkan oleh sesuatu yang membuat hatinya miris. Tubuh kurus dan mata sembab Mj telah cukup membuat nurani Era tercabik-cabik. Belum lagi kondisi Ibu Mj yang sudah seperti tanpa harapan bak telur diujung tanduk.



"Toloong mbak, tolooong" pinta Mj memelas

" Iya-iyaa, Mj yang sabar ya!" peluk Era erat. Ia gandeng tangan Mj menuju ke garasi mobil Era yang letaknya tak jauh dari ruang tamu. Di bimbingnya Mj untuk segera masuk ke dalam mobil, namun Mj seperti menolaknya. Membuat Era harus sedikit memaksa.


" Ayo buruaaan!!" Ajak Era pada Mj

" Ng, tapi mbak...." Ucap Mj sungkan.

" Hais pake lama lagi!" Era menarik tangan Mj secara paksa agar ia mau masuk ke dalam mobil.

" Cha, aku titip anak-anak ya!" kata Era dari luar rumah sebelum ia beranjak pergi.

" Beres mbak Era!" sahut Echa yang mengantar kepergian bos-nya sampai depan pintu gerbang.

" Daah" Era melambaikan tangan mulusnya


*Ngeeeeeng......*

****


Kediaman Sastra Dewita. pukul 23.09 WIB.


Sekembalinya mengantar Ibu Mj. Era mempersilahkan Mj untuk menginap dirumahnya untuk sementara waktu. Sampai kondisi ibunya stabil, dan lagi ia juga bisa bantu teman-temannya agar cepat terkumpul dana untuk sang ibu tercinta.

" Mulai besok dan seterusnya kamu tinggal dulu aja disini, temen kerjamu kan juga tidur disini semua. Jadi kamu tidak bakal kesepian Mj" Era membukakan pintu kamarnya dan mempersilahkan Mj untuk masuk.

" Terimakasih mbak, tapi..."

" Eits, Era tidak suka penolakan loh" cletuk Era yang langsung membuat mulut Mj terbungkam.

" Iya mbak" Mj tersenyum kecut, ia tidak tahu harus berkata apalagi. Ia hafal betul watak Bosnya itu. Sekali ya harus ya.


Di RS Internasional Harapan Kita. Pukul 16.48 WIB.

Era terduduk lesu sembari memijit-mijit kepalanya yang sudah mulai pusing memikirkan biaya operasi Ibu Mj yang terlampau tinggi. Jalan pikirannya sudah buntu. Mulai dari tabungan, pinjaman, dan mobil warisan sudah melayang untuk pengobatan. namun biaya operasi masih belum juga nutup.


" Aku benar-benar pusing. Cari dana kemana lagi ya?" Era duduk menyandar di tembok depan parkiran. Ia tinggalkan Mj dan karyawatinya di ruang
tunggu pasien.

" Kamu kenapa, Era?" sapa dokter bertubuh jangkung nan berkacamata tebal

" Eh, iya apa" Era celingukan mencari arah datangnya suara.

"Hahahahaaa" Sang dokter malah tertawa terpingkal melihat gelagat Era yang ia anggap sangat lucu " Nama kamu Era kan,
lengkapnya Sastra Dewita" sambung sang dokter.

" Kok tahu" Era makin kebingungan. Ia sama sekali tak mengenal dokter yang tiba-tiba saja mengambil duduk disebelahnya.

" Kamu mau kopi?" sang dokter menawarkan secangkir kopi hitam yang sedari tadi dibawanya.

" Tidak, Terimakasih" Era menolak secara halus " Em, anu dok.. Dokter kok.." Era belum sempat melanjutkan kata-katanya. Eh, malah sang dokter sudah keburu ngeloyor duluan. Tanpa penjelasan apapun.

" Apa-apaan orang itu? datang tak dijemput, pulang tak diantar. payah" gerutu Era sembari memasang muka cemberut.


Setelah ia merasa agak sedikit tenang. Era kembali berjalan ke ruang tunggu pasien. Dimana ketiga karyawati kesayangannya menunggu disana, namun setelah sampai di ruang tersebut. Era hanya mendapati bangku kosong yang berderet. Membuat Era kelimpungan sesaaat.


" Ini anak pada ngilang kemana sih? Pergi kok gak bilang-bilang!" keluh Era.

" Sus, anak-anak yang tadi duduk disini pada kemana ya?" tanya Era pada sang suster yang sedang jaga.

" Oh, mereka baru saja pergi ke arah sana" tunjuk sang suster mantap.

" Hmm, gitu ya. oke deh, makasih ya sus" Era berlari menuju ke tempat yang ditunjuk sang suster. Berharap bisa menemukan para karyawatinya.


" Echa, Erma, Fairy, Mj..... Awas ya! Udah ninggalin Era sendrian!"


" Ehhhhhh...awasss-awaasss! Aku sedang terburu-buru"


*Bruuukkkk!!* Era bertabrakan dengan seseorang yang sangat ia kenal......


" Kamu kan......." kata Era keheranan........


" Hati-hati dong kalo jalan" kata orang itu sembari membenarkan dokumen yang berserakan dilantai..


Part 02 ( Lanjutan )

" Kamu dokter Tonie kan?" tatap Era pada lelaki yang baru saja ditubruknya.

" Sory, aku sibuk" Pria itu kembali membereskan dokumennya seraya pergi meninggalkan Era dengan terburu-buru.

" Astaga! Aku lupa," Era menepuk jidat mulusnya dengan agak keras.

" Fokus Era, fokus! Kamu jangan terlalu banyak berimajinasi. Orang tadi hanya kebetulan mirip" lanjut Era sembari memijit-mijit kepalanya yang masih agak sedikit pusing. Beban di pundak Era makin kesini terasa semakin berat. Ada saja yang menjadi pikiran. Era merasa sedang diuji kesabaranya oleh sang Maha Kuasa.

" Eraaaa, Saastra dewita!" teriak dokter Tonie dari arah belakang. Ia datang beramai-ramai bersama sisa karyawati salon. Ada Anna, Rossi, Fathiya, dan Sarah.

" Lah kok bisa? Berarti yang barusan itu bukan dokter Tonie toh?" Era tampak berpikir serius. Ia mengamati dokter Tonie dengan seksama. Ia perhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki. " Emang beda sih" kata Era lirih. Membuat sang dokter muda tersebut jadi agak sedikit canggung dengan tingkah Era yang tak biasa.

" Maksudmu?" seru dokter Tonie menyelidik.

" Hehehee...bukan apa-apa kok" Era tersenyum kecut kepada dokter Tonie sembari mengerlingkan satu matanya.

" Aku benar-benar tidak mengerti!" kata dokter Tonie mengakhiri obrolan sore itu. Baginya setiap waktu yang berlalu adalah hal berharga. Maka dari itu ia sangat menghargai waktu.

" Mbak Era, ruangan Ibu Mj disebelah mana?" tanya Anna camelia. Karyawati Era yang berpipi tembem.

" Hah, Anna tadi bilang apa?" tanya balik Era. " Maaf An, aku lagi kurang fokus nih" sesal Era.

" Ibu Mj dirawat di ruang mana mbak Era?" Anna mengulang kembali pertanyaanya dengan tempo yang sedikit lambat.

" Ng, itu.. Anuu" Era tampak begitu kesusahan, untuk sekedar menjelaskan apa yg terjadi. Ia saja kehilangan jejak empat karyawatinya, belum lagi hape android yang dibawanya sudah drop (mati). Kemana ia harus mencari para karyawatinya?.

" Ayo semua ikut aku, aku sudah tahu dimana Ibu Mj berada. Baru saja aku menerima SMS dari Mj" Perintah dokter Tonie pada para karyawati Era.

" Ra...Eraa.., Sastra dewita!" panggil dokter Tonie agak keras. " Ini anak kenapa sih, udah ayo buruan!" sambung dokter Tonie sembari menarik keras tangan Era yang sedari tadi tak bergeming bagai patung selamat datang.

****


Ruang tunggu operasi. Pukul 17.09 WIB

Para dokter tengah bersiap menjalankan tugas mulianya. Segala persiapan dan perlengkapan telah siap, tinggal menunggu persetujuan keluarga yang bersangkutan.

" Silahkan Ibu baca dahulu, dan kalau Ibu sudah mengerti, Ibu bisa tanda tangan disebelah sini" tunjuk sang suster yang membawa surat persetujuan.

" Bismilahirohmannirohim" kata Mj pelan. Ia tarik nafasnya dalam-dalam, lalu ia hembuskan secara perlahan.

" Mj" teriak Era kegirangan, begitu ia melihat Mj dan yang lainnya sedang duduk tenang di ruang tunggu operasi.

Beban Era sudah sangat berkurang begitu dokter Tonie datang menawarkan bantuan secara cuma-cuma. Perasaan kesal yang sedari tadi berkecamuk, tiba-tiba menghilang. Berganti menjadi perasaan riang dan senang.

" Akhirnya Tuhan membukakan jalan terang untuk kita semua! Aku bahagia banget" kata Era dalam hati sembari memeluk erat Mj." Ibumu pasti akan sembuh Mj" bisik Era lirih yang langsung dibalas Mj dengan derai airmata yang membasahi pipi

" Terimakasih mbak, terimakasih atas semunya" Mj larut dalam suasana haru.

" Hiks-hiks-hiks" melihat pemandangan haru di depan mata Fairy dan yang lainya ikut menitikan airmata, air mata bahagia.

" Aku rasa tugasku sudah cukup sampai disini saja" batin dokter Tonie seraya pergi meninggalkan ruang tunggu operasi secara diam-diam.

****


Degup jantung Mj semakin kencang, selepas ia lihat para dokter ahli bedah telah keluar dari tempat kerjanya ( ruang operasi ) secara teratur. Ia tatap lekat-lekat wajah para dokter tersebut. Berharap ada salah satu diantaranya yang sudi menjelaskan padanya mengenai hasil operasi Ibunya.

" Mj yang tabah ya" Era mencoba melapangkan hati Mj yang sedang gusar. " Ibu kamu pasti sembuh kok" lanjut Era sembari mengusap lembut bahu Mj.

" Iya mbak terimakasih" Mj menyandarkan kepalanya ke bahu Era. Ia sangat butuh itu, karena kepalanya sudah tak mampu menahan beban pikiran.

" Ehehem?" dehem sang dokter dari balik pintu, dokter yang tak asing bagi Era, dokter yang ia temui di tempat parkir.

" Dia kan dokter yang tadi sore...tidak salah lagi" batin Era mantap.

" Keluarga Ibu Zura" panggil sang dokter dengan suara beratnya.

" Iya dok" Mj langsung maju ke depan.

" Selamat ya, operasi pengangkatan tumor pada Ibu kamu telah berjalan sukses. Dan saya pastikan dalam beberapa bulan kedepan ibu kamu pasti sembuh" sang dokter menyalami tangan Mj dengan erat.

" Serius dok! Alhamdullilah ya Allah, Engkau memang Maha Pemurah lagi Maha penyayang" Mj kembali terisak seketika mendengar kabar bahagia dari sang dokter, bahkan dia sampai melakukan sujud syukur saat itu juga.

" Mj ... hiks-hiks-hiks" seru rekan-rekan seperjuanganya sembari memeluk Mj kompak.

" Aku bangga punya sahabat seperti kalian, kalian adalah sahabat sejatiku, keluarga besarku" kata Mj penuh makna.

Dibalik duka pasti ada suka, dibalik awan gelap pasti ada cahaya, dan dibalik hati yang tulus, pastilah terdapat jiwa yang mulia.

Semua pasti indah pada waktunya. Jika engkau terus berusaha tanpa mengenal lelah, niscaya langitpun kan tahu..!

****


Satu bulan kemudian...

Era kembali ke rutinitas semulanya, mengurus salon, spa, rias pengantin dll. Begitupun Mj yang sudah mulai kembali bekerja sejak seminggu lalu. Makin kesini kondisi Ibunya sudah semakin membaik.

" Aku lega setelah melewati cobaan ini, terimakasi para sahabatku" lirik Mj pada rekan-rekannya yang tengah sibuk dengan klien masing-masing. Ada yang sedang menggunting rambut, menyemir rambut, mencatok, mengecat kuku, dan segala perawatan khusus wanita lainnya.

" Siang semuanya" sapa dokter Tonie yang baru datang. Setiap jam istirahat kantor, dokter Tonie selalu menyempatkan diri untuk datang ke salon, kedatangan yang paling ditunggu oleh para karyawati Era.

" Wuiih, besar banget tuh bungkusannya. Aku harap isinya kue pelangi xixixixi" Fairy terkekeh sembari berbisik pada yang lainnya.

" Kemarin kan kue, masa iya kue lagi" sahut Echa lirih.

" Hey diem, tuh bos Era lagi pelototin kita!" Erma mencoba mengingatkan.

" Memang bos Era sama dokter Tonie itu, ada hubungan apa sih" tanya Mj yang belum ngeh, karena dia memang baru masuk semingguan ini.

" Aduh Mj ketinggalan berita ya, makanya nanya dong nanya sama Fairy" kata Fairy menyombong, " Nih ya aku kasih tahu, Bos Era sama dokter Tonie itu..." belum selesai ia bicara, tiba-tiba dari arah belakang sang bos besar muncul dan menjewer kuping Fairy keras-keras, hingga membuat si gadis gosip itu meringgis kesakitan.

" Ingat peraturan kelima Fairy? Para karyawati dilarang menggosip selama jam kerja" terang Era sembari menunjuk tulisan yang tertempel di pojokan salon.

" Iya-iya mbak, ampun daah hehee" Fairy tersenyum kecut kepada bos Era.

" Ra kita jadi pergi kan" ajak dokter Tonie sembari menggandeng tangan putih Era.

" Ho'oh" Era menggangukan kepalanya sebagai jawaban iya.

" Mereka berdua pacaran toh, kok aku baru nyadar yah" batin Mj sembari memperhatikan kepergian mereka dari dalam salon.

" Pasti kamu tercenggang ya, hayo ngaku xixixixii" Fairy kembali berulah setelah big bos Era pergi meninggalkan salon untuk kepentingan pribadi.

****


Cafe Yumna. Pukul 14.20 WIB.

Ekspresi datar khas dokter Tonie masih menimbulkan tanya dipikiran Era. Ia masih belum mengerti kenapa dokter Tonie memilih sebuah kafe sebagai tempat makan siang.

"Bukankah di kafe hanya tersedia kopi dan makanan ringan saja" Keluh Era sembari terus mengaduk-aduk kopi moka di depannya.

" Kenapa ra?" tanya dokter Tonie santai, ia mengrti kenapa Era seperti itu. " Mungkin inilah waktunya" batin dokter Tonie sembari memanggil beberapa pelayan sekaligus, ia ingin menunjukan sesuatu yang luar biasa pada sang wanita pujaan. Sedikit kejutan yang mungkin akan membuatnya senang.

" Tolong lakukan seperti yang sudah kita rapatkan tempo hari" bisik dokter Tonie pada salah satu pelayan, dan pelayan tersebut membisikan pada pelayan lainnya.

" Baik tuan, kami siap" kata salah seorang pelayan sebagai perwakilan. Mereka memundurkan langkah secara rapi, setelah mereka mengrti apa maksud sang dokter.

" Kamu bisik-bisik apa sih?" gumam Era yang sedari tadi melonggo tatkala memperhatikan tingkah aneh sang kekasih dengan para pelayan kafe.


Tak berselang lama, para pelayan kafe kembali datang dengan dandanan super waow ; seragam, aksesoris, dan sepatu serba merah dengan banyak hiasan bunga mawar disana-sini. Suasana sepi kafe mendadak ramai, setelah grup band Souljah tiba-tiba saja muncul dari balik tirai putih yang terletak di tengah kafe.

*Senyum manis indahmu, pesonakan hatiku*

Getaran yang menggebu, terbangkan jauh ayalku

Kaulah sastra dewiku..jadilah istriku.

kaulah idamanku, will you marry me


Lantunan suara merdu band Souljah membuat Era tak henti-hentinya menebar senyum. Era masih belum sadar bahwasanya lagu tersebut memang ditujukan olehnya. Sampai akhirnya sang vokalis band Souljah menyuruh Era berdiri dan maju ke depan. Mulanya Era menolak keras, namun setelah dibujuk sang kekasih, akhirnya ia mau juga. Dengan irama jantung yang belum stabil, Era mencoba melangkahkan kakinya ke tengah panggung mini kafe.

" Mohon perhatianya" sang vokalis mengisyaratkan pengunjung kafe untuk diam sejenak.

" Nama anda, Sastra dewita? Betul" tanya sang vokalis to the point, setelah Era sampai di tengah panggung.

" Iya betul" jawab Era agak malu-malu.

" Dan orang ganteng yang duduk disana pacar anda?" tanya sang vokalis lagi.

" Betul" kata Era mantap, yang diiringi sorak sorai pengunjul kafe.

" Kalau begitu gandeng tangannya, dan bawa kesini" perintah sang vokalis, Era yang seperti terhipnotis langsung mengiyakan begitu saja. Ia gandeng tangan dokter Tonie sampai ke tengah panggung.

Begitu sampai ke tengah panggung, dokter Tonie segera menekuk satu kakinya. Di hadapan Era ia keluarkan cincin indah yang sedari tadi ia simpan di saku celananya. Ini adalah acara lamaran yang dokter Tonie impikan, sekali dalam seumur hidupnya. teruntuk Era, wanita idaman pelengkap jiwa.

" Maukah kau menikah denganku" tatap dokter Tonie pada Era, membuat hati Era meleleh dan tak mungkin menolaknya.

" Emm...." Era terdiam agak lama sebelum ia memberi jawaban atas lamaran sang kekasih. Ia masih agak sedikit bingung dengan kondisi yang menurutnya sedikit terburu-buru.

" Apa ini serius!" tanya Era dengan tatapan penuh makna.

" Sangat serius Era, aku sudah mempersiapkan semua ini jauh-jauh hari, hanya utukmu ra".

" Hiks..hiks, Aku mau...aku mau menikah denganmu sayang" rencana yang begitu matang membuat Era tersentuh seraya menitihkan air mata kekaguman sekaligus kebahagiaan.

 " Mari kita beri tepuk tangan yang meriah untuk sang calon pengantin baru!!" kata sang vokalis band memandu para pengunjung kafe. Alunan lembut instrumen band Souljah, menambah hawa romantis sang pasangan baru dan khalayak umum.

Kejutan belum usai sampai disitu, para pelayan kafe yang sudah capek berdandan kini menari-nari mengikuti irama musik band Souljah sembari membawakan kue ulang tahun raksasa yang berbentuk bunga mawar indah dari arah dapur kafe. diatas kue tertulis kata apik  'Happy Birthday Sastra Dewita'. karena hari ini memang hari kelahiran sang gadis berdarah minang.

" Terimakasih sayang" Era memeluk erat lelaki tegap di depannya. Ia tak mengira dokter Tonie bisa romantis juga, sungguh merupakan kebahagian yang tak terlupa.

" I love you" bisik lembut Era ditelinga kekasihnya.

" I love you too" balas sang lelaki pujuaan.

****

TAMAT
2 Komentar untuk "Cerpen unik : Langitpun kan tahu! By Tonie Hida"

Wuiiii...Mantep banget gan :) (y), jadi terharu pas baca ceritanya. ini fiksi atau nyata gan?

Thanks gan atas kunjungannya. ini fiksi kok hehehee...

Back To Top